Tengil dan menganggap peraturan ada untuk dilanggar, itulah gua.

Tengil dan menganggap peraturan ada untuk dilanggar, itulah gua.
Sanga Dewa TENGIL

Rabu, 06 Oktober 2010

Bocah bocah kecil (1999)

Malam itu, di salah satu rumah pada perumahan yang cukup jauh dari pusat kota, terdapat seorang anak kecil berumur 5 tahun yang sedang menonton tv dengan ibu dan adiknya yang masih berumur belum genap satu tahun. Entah apa siaran yang waktu itu mereka tonton. Jaman itu, di daerah mereka channel tv yang dapat terjangkau dengan antenna UHF hanyalah TVRI, RCTI, dan SCTV. Ya, 3 siaran itulah yang sili berganti menemani mereka sebelum tidur. Bahkan AC kamar pun waktu itu remote nya masih berkabel dan menggunakan travo tempel. Di jaman itu pula, handphone belum banyak tersebar.Beruntunglah keluarga kecil itu tak lagi menggunakan "pager". Siemens c28, bersama sang ibu, dan ayah menggunakan Ericsson t17. Sehingga meski dinas luar (pulang hari), mereka tetap tidak sulit untuk berkomunikasi.
Hari demi hari begitu saja berlalu, sang ayah selalu sibuk dengan pekerjaannya. Ya, begitulah seorang lelaki yang mengabdi kepada negara. Sedangkan sang Ibu, sibuk mengurus si bayi kecil.
Sang bocah pun semakin lama semakin merasa kesepian dan smakin kesepian. Diperumahan yang tertutup rapat bagi rakyat sekitar itu, temannya hanyalah spring gun, bola basket kecil, hingga nintendo dengan mario bross dan tank yang sudah kesekian kalinya dia tamatkan.
Sampai pada suatu malam, seperti biasanya, sang Ayah pulang larut malam. Dan ternyata, sang bocah belum beranjak ke alam mimpi. Sang bocah dan ibunya pun membukakan pintu rumah yang terbuat dari kayu bulian, teralis model klasik, sampai ke pagar yang porosnya pada sebelah bagian, sehingga membukanya bukan didorong, tapi di tarik ke bagian dalam. Dan seperti biasanya juga, sang ayah membawakan oleh-oleh makanan. Saat sang Bocah baru saja sebentar merasakan hangatnya pelukan seorng ayah, sang ayah begitu saja berlalu masuk ke kamarnya dan beristirahat. Sang bocah kecil pun termenung sedih lagi dan masuk ke kamarnya untuk mengambil sesuatu, lalu, ia kembali ke ayahnya..
Bocah : "yah, abang boleh tanya sesuatu ngga?"
Ayah : "boleh, apa sayang?bicara aja.."
Bocah : " berapa uang yang bisa ayah dapatkan selama sehari?"
Ayah : " Ayah bisa mendapatkan tiga ratus ribu, kenapa emangnya nak? "
Semerta itu juga pembicaraan terhenti, si bocah berlari ke kamar dan tampak mencari cari sesuatu lagi..
Kemudian ia kembali lagi ke ayahnya..
Bocah: "yah, abang boleh minjem uang ayah lima ribu ngga?"
Ayahnya menjawab sambil bertanya dalam hati dan tertawa kecil.
Ayah : " emangnya kamu mau beli apa sayang? "
Bocah pun menjawab dengan polosnya,
Bocah : "abang ingin beli sesuatu, tapi uang abang baru tujuh ribu lima ratus. yah. masih kurang lima ribu lagi.."
Sang ayah langsung memberikan uang lima ribu dari dalam saku kanannya.
Si Bocah kecil tadi langsung mengambilnya dengan cepat, lalu menghitung jumlah uang tersebut yang kemudian digabungkan dengan recehan recehannya..
Lalu, si Bocah menatap wajah ayahnya dengan penuh harapan.

Bocah : " yah, ini abang punya uang duabelas ribu lima ratus.. Berarti abang bisa membeli 1 jam dari 24 jam ayah berkerja dengan penghasilan tigaratus ribu itu."
Sang ayahpun mulai memikirkan maksud kata kata anaknua, hati ayahnya pun mulai luluh..
Bocah melanjutkan kata kata nya dengan polos,
Bocah " yah, abang udah bisa kan beli waktu ayah selama 1 jam? 1 jam aja yah.. 1 jam aja ayah meluangkan waktu ayah untuk abang. Mungkin kita bisa maen tank di nintendo bareng, pergi potong rambut bareng, atau bahkan sekedar tidur berpelukan bareng yah.. Abang kangen ayah. abang butuh perhatian ayah...
Hati sang ayah pun sudah tidak sanggup lagi mendengar kata kata anaknya itu. Ayah langsung memeluk erat sang Bocah.. Air mata ayah tak bisa berbohong ketika menetes di baju "cubitus" si bocah..
Begitu juga si bocah, dengan tampang polosnya yang terlihat sangat bahagia, tidak mau melepaskan pelukan ayahnya..

Sejak hari itu, sang Ayah selalu menyisakan waktu untuk keluarganya, meski tetap sibuk dengan pekerjaannya, hingga pada 10 tahun setelah kejadian itu, sang bocah pun sudah beranjak remaha dan pergi keluar kota untuk melanjutkan sekolahnya . :))

HAHAHA!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar